![]() |
| Denny Siregar |
LURUSKAN DULU NIATMU..
"Kalau gak begitu caranya, gua gak bisa kaya..."
Temanku bercerita panjang lebar tentang seorang rekannya di satu negara yang mengajaknya berpartner dan bagi hasil usaha. Ia yg menjual di negaranya, temanku yg beli barangnya disini. Tapi, temanku rupanya pemikiran lain. Ia ingin memanfaatkan sebaik2nya situasi ini untuk keuntungan dirinya.
Aku melihat senyumnya yang lebar dan matanya yang suka menerawang membayangkan apa yg akan didapatnya nanti. Mungkin ia malah sudah berhitung untuk membeli rumah yg diidamkannya, mobil yg disukainya dan macam2 mimpinya yang selama ini tidak mampu ia beli.
Ah, manusia... Terkadang lucu juga melihatnya. Mereka sudah terjebak di alam mimpi bahkan ketika semua itu masih dalam taraf rencana. Ketamakan adalah teman sejati seorang manusia dan ia menampakkan dirinya lebih awal. Sungguh ngeri melihatnya dan aku kembali berkaca pada diriku dulu yang berada pada fase seperti dia.
Kopi yang kami pesan datang. Harumnya menggoda sekali sore ini. Temanku seperti tersadar dari angan2nya dan menatapku sambil tersenyum lebar, "Bagaimana pendapatmu ?"
Kusandarkan bahuku di empuknya sofa kulit sebuah kafe yang bonafid. Sekali2 aku ingin kembali menikmati situasinya. Hal yang sebenarnya sudah lama aku tinggalkan.
Kuseruput kopiku, "Bisnis dalam beberapa hal mirip dengan orang menikah..." Aku membuka pembicaraanku.
"Ketika kita menikahi seseorang karena nafsu, maka selamanya perjalanan perkawinan kita akan dipenuhi nafsu. Dan nafsu itu seperti bom waktu, satu waktu akan meledak keras dan mengakibatkan perceraian...."
Disini tidak ada yang jualan tahu isi. Adanya Croissant, roti Perancis, yang menyebut namanya saja lidah split ga karu2an. Ah, ga menarik. Lidahku sangat lokal.
"Nafsu itu membentuk perilaku, " lanjutku. "Dalam berhubungan, kita menjadi pembohong juga selalu curiga dia membohongi kita. Kita mulai mengukur partner kita sesuai dgn apa yg kita lakukan terhadapnya. Akhirnya dia pun merasa tidak nyaman, kemudian tidak aman dan selesailah semua... Hilanglah mimpimu.. "
Dia ternyata mendengarkan juga. Serius kali ini wajahnya. Mungkin efek sadar kalau hari ini dia harus bayari aku kopi lagi.
"Lalu menurutmu aku harus bagaimana ?"
Ini bagian yang paling kusuka. Sebuah solusi. Terkadang aku banyak belajar mendapat solusi justru dr masalah orang lain. Rasanya harus seruput kopi dulu.. Ahh..
"Luruskan niat-mu. Itu hal yang paling utama sebelum memulai sesuatu. Ketika niatmu lurus, maka nafsu tidak akan melekat padamu. Dan semua akan berjalan mengalir. Kejujuran, kepercayaan, persahabatan.. Bangun dulu pondasi2 itu dalam memulai perjalananmu dengan seseorang. Ketika pondasi itu sudah semakin kokoh, maka kamu tidak perlu bermimpi, semua materi yang kamu inginkan akan kamu dapatkan... Materi itu hanya dampak saja kok..."
Temanku lega mendengarnya. Hal-hal sederhana yang justru terlupa ketika otak sudah dipenuhi nafsu dunia. Ia memandangku seakan berterimakasih sudah mengingatkan. Kuangkat secangkir kopiku. Hari mendekati malam.
"Merdeka bukan berarti kamu tidak boleh memiliki sesuatu. Namun artinya, tidak ada sesuatu yang memiliki kamu.." Imam Ali as.
- untuk seorang teman -

Tidak ada komentar:
Write komentar