Artikel Pilihan

Cari Blog Ini

Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AGAMA. Tampilkan semua postingan

"TUHAN ITU TIDAK ADA" (Mempolitisasi Tuhan)

tuhan itu tidak ada (mempolitisasi tuhan)

Mungkin masih banyak dari kita yg beranggapan bahwa politisasi itu hanya ada di dalam dunia politik.Bahwa yg berprofesi sebagai politikus kerjaannya hanya mempolitisasi.Padahal secara sadar atau tidak,bahkan apa yg kita lakukan sehari-hari itu kadang sebenarnya akrab dengan politik.Dan masing-masing kita ini sebenarnya adalah politikus dalam kehidupan yg sebenarnya.
Ada anak berpolitisasi mempolitiki orang tuanya dengan mempolitisasi kelakuannya.Menampakkan sikap sebagai manusia agamis di depan orang tuanya tetapi di belakang bersikap setanis.Ini baru sebatas hubungan si anak dengan orang tuanya yg jika akibat dari politisasinya ini berdampak buruk hanya menimpa keluarganya saja.Bagaimana jika sikap politisasi buruk ini di mainkan oleh mereka orang-orang yg memiliki jabatan penting,orang-orang yg mempunyai pengaruh di masyarakat.Yg dengan jabatan dan pengaruhnya tersebut bisa mempengaruhi banyak orang dalam lingkungannya.Bahkan bisa mempengaruhi dunia..? Bukankah hal ini bakal menimbulkan kekacauan dan kerusakan tatanan.
Ada pasangan berpolitisasi,mempolitiki suami atau istrinya dengan mempolitisasi waktu.Bilangnya lembur menyelesaikan tugas kantor,padahal ia lembur menuntaskan syahwatnya bersama rekan kerja.Bilangnya ada tugas keluar kota dari kantor hingga beberapa minggu,padahal itu hanya akal akalannya saja.Kebetulan waktu yang gampang dan mudah dipolitisasi adalah saat ia jauh dari pasangannya.Bahkan ketika ia dekat dengan pasanganya masih berani dan sanggup mempolitisasi juga.Dengan mempolitisasi dalil-dalil dan sunnah rosul sehingga ada seorang istri yg terpengaruh.Yang berakibat rela memilih dimadu dari pada memliki suami perokok.Karena ia beranggapan kalau poligami itu ada dalilnya sedang merokok tidak ada dalilnya.
Ada juga ulama yg berpolitisasi,mempolitiki umatnya dengan mempolitisasi agama.Bahwa agamanya harus dibela dengan cara memusuhi orang-orang yg berbeda agama yg bakal bisa melemahkan imannya dan iman umatnya.Padahal disini jelas,yg lemah itu manusianya bukan agamanya.Manusia yg butuh agama bukan agama yg butuh manusia.
Mari kita sama-sama instropeksi,dari segala kelakuan-kelakuan kita ini,yg mudah mempolitiki dan mempolitisasi apa saja,sebenarnya kita ini benar-benar percaya ga sih..? Bahwa Tuhan itu ada.Jangan-jangan kita ini sebenarnya masih ragu bahwa Tuhan itu tidak ada.Yang berakibat kita mudah mempolitisasi Tuhan dalam dunia ini.Kita memuja dan menyembah Tuhan tetapi di satu sisi yg lainnya kita juga menghinakan-Nya dengan perbuatan-perbuatan yg dilarang-Nya.Bukankah ini namanya bentuk kata lain dari sikap manusia yg ragu-ragu.Kita ragu bahwa kehidupan setelah kematian itu tidak ada,kita ragu bahwa surga dan neraka itu tidak ada.Dan didunia ini belum ada manusia yg membuktikan secara langsung bahwa semua itu nyata ada.Hanya ada satu manusia yg sudah pernah kesana dan membuktikannya dengan kondisi sadar sebagai manusia yg sehat jasmani dan rohani,bukan dalam kondisi mati suri,dialah Muhammad SAW melalui peristiwa isra mi'raj nya.Lalu apa artinya syahadat yg kita ucapkan itu jika kita masih berbuat dan bersikap yg justru mengingkari syahadat tersebut.

Dengan Label Syariah Menjadi Halal

dengan label syariah menjadi halal

LABEL SYARIAH
Ini jelas kesesatan,akal akalan manusia yg mau memutihkan hitam dengan menambahkannya kata syariah.Supaya setiap perbuatan kotor bisa diterima asal syariah.
Label syariah disini pertama kali digunakan untuk perbankan,yang kemudian kita kenal menjadi adanya bank syariah.Seiring pekoknya manusia manusia yg merasa paling suci dan islami kemudian muncul kata syariah-syariah yg lainnya.saya sempat dengar juga ada kata sepak bola syariah,eeh sekarag kok ketambahan lagi nyogok syariah.Mungkin berikutnya nanti ada lagi yg namanya selingkuh syariah,melonte syariah,judi syariah,nodong syariah,nyopet syariah,menipu syariah.Dianggapnya kalau pakai syariah sudah pasti syah.Haaah...
Padahal kalau kita mau menggunakan nalar,syariah itu hanya sebuah istilah,sebuah kalimat sedangkan yg menentukan baik atau buruk adalah perbuatannya.Dampak perbuatan baik kita sebagai manusia tanpa dilabeli kata syariah otomatis akan baik.Begitu sebaliknya,jika perbuatan buruk mau ditambahi syariah model bagaimanapun tetap saja buruk dampaknya.
Di zaman yg mendekati akhir ini,kita harus bisa dan pandai menyikapi sesuatu yg terlihat putih bersih setelah dibungkus dengan dalil-dalil agama untuk menutupi perbuatan-perbuatan kotor manusia.Lihat isinya jangan terfokus pada bungkusnya.
Jangan sampai kita terpedaya bungkus kado dengan lapisan emas setelah dibuka isinya ternyata sempak Bik Narti,yg puluhan tahun ga pernah dicuci. Hasssyi (bersin-bersin)
"Kang,padahal ini kado secara bungkus sudah syariah lho,lihat ini banyak tulisan tulisan arab dibungkusnya"
"Iya,nape itu sempaknya ga lu tulisin arab sekalian,biar jadi sempak yg dapat jaminan masuk surga"

Waspadalah Teroris Kembali Beraksi

waspadalah teroris kembali beraksi

ANDA MUSLIM...?
Sebelumnya di Tangerang seorang Biksu di usir,sekarang di daerah Yogya ada Romo yg sedang memimpin ibadah di gereja di samperin pakai parang.Mungkin besok ada Kiyai yang sedang mengimami sholat dilemparin granat.
Atas nama Agama,ada oknum yg bertindak seperi orang tak beragama.Dan sialnya oknum tersebut secara sadar mengaku beragama Islam.Jadi tercemar dan rusaklah nama Islam akibat ulah sekelompok oknum tersebut.
Jika dikritisi saudaranya sendiri,si oknum dan pendukungnya meneriaki "Kamu Kafir yg ngaku ngaku Islam". "Neraka tempat kau".Tidak sekali dua kali kalimat kalimat tersebut mereka keluarkan untuk membenarkan tindakan konyolnya dan menyerang yg tidak sepaham dengan keimanannya.
Dan jika sudah terpojok,keluarlah jurus terakhir.. " Anda Muslim..? "
Saya pribadi lebih baik dianggap kafir,jika menjadi muslim bagian dari mereka,seperti serigala yang haus surga bertindak semena mena mengambil alih kekuasan Tuhan.
Menjadi Muslim tidak perlu dikoarkoarkan dengan ucapan bahkan pernak perniknya,Tetapi perbuatan dan kelakuan baiknya yg bermanfaat untuk semua,yg perlu ditunjukkan.Pemeluk Islam disini memang mayoritas,tetapi secara kwalitas dengan tumbuh suburnya oknum oknum seperti ini,islam sebenarnya minoritas.
Islam hanya menang di jumlah tetapi kalah di dalam nilai.Karena apa..? Karena ulah kalian oknum-oknum keparat yg sok suci,sok Islami,sok paling bener dan sok sok yg lainnya,termasuk sok breker motor.
"Kang Darco ini Islam apa ga sih,kok kesannya malah memusuhi Islam" (Kampret protes,terlihat sebotol minuman warna kuning mentah dalam genggaman tangannya dan seplastik micin curah ditentengnya)
"Lha kamu ini Islam apa bukan,kok sukanya bikin onar,habisin dulu tuh bekel luh kalau kurang nih gue tambahin" (sambil gue lempar sebetol dan sekresek lagi,dia tampak senyum kegirangan)
Mungkin dia senang karena selama ini jarang ada cebong yg murah hati ngasih minuman dan cemilan Favoritnya.
Sepertinya kelompok ini mau ngetes sebelum junjungannya benar benar balik ke sini.Mereka sengaja membuat kekacuan-kekacuan untuk melihat bagaimana respon kita menyikapi ini.Karena jika diperhatikan dua kejadian tersebut seperti teroganisir dan sengaja dilakukan.Mereka mulai memantik api supaya meluas kemudian setelah kekacuan ini benar benar membesar .Junjungan mereka bakal pulang dengan dalih meredam anak-anaknya bak pahlawan kesiangan.
Jadi hati-hati jangan pernah terprovokasi dengan tindakan tindakan oknum ini.Serahkan semuanya kepada pihak yg berwajib.

Nusantara Dan 12 Prinsip Hidup Pitutur Jawa Dari Semar

nusantara dan 12 prinsip hidup pitutur jawa dari semar

Ketika bangsa Arab masih berkubang dalam kebodohan dengan kebobrokan moralnya.Orang Nusantara sudah hidup dalam tatanan moral dengan prinsip hidup yang islami.Di nusantara ini banyak prinsip hidup pitutur Jawa yang luhur,Apabila diterapkan dan dilestarikan akan memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

Maka tidaklah pantas kalau kita lebih mengagung-agungkan budaya luar,khususnya Arab biar terlihat Islami tetapi dalam kehidupan sehari-hari jauh dari nilai nilai Islam itu sendiri.Bangsa yang besar dan kuat adalah mereka yang mencintai budayanya sendiri serta mengenal sejarah leluhurnya.


Di kutip dari sumber Islamindonesia.id,Inilah 12 prinsip hidup pitutur jawa.
Dalam sebuah kesempatan, Kiai Mbeling Emha Ainun Nadjib pernah menegaskan bahwa tokoh sentral dalam panakawan yakni Semar, bukanlah badut sebagaimana yang selama ini terlanjur dikenal banyak orang. Dan karena Semar bukan badut melainkan justru gagasan tentang Nabi Muhammad, maka dia bukanlah sosok yang layak dijadikan bahan tertawaan, melainkan sebaliknya mesti dijadikan panutan, terutama oleh manusia Muslim Jawa.
Jika kita telusuri, baik dari cerita tutur turun-temurun maupun transkrip kuno, manusia Jawa percaya bahwa Semar adalah kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi  atau Tuhan Yang Maha Esa, untuk terus hadir dengan keberadaannya pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yang dia kehendaki.
Konon salah satu di antara sekian makna nama Semar adalah haseming samar-samar. Disebut demikian karena Semar dianggap samar wujudnya; dia berwajah laki-laki, tapi perawakannya seperti perempuan dengan perut dan dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan di wajah,  menandakan dia sudah lanjut usia, namun sebaliknya, rambutnya juga berbentuk kuncung seperti umumnya ciri khas anak-anak. Bibir Semar tampak tersenyum, tapi matanya menandakan tangis. Pakaiannya sarung kawung khas para abdi, tapi di setiap saat krusial para Ksatria Pandawa, justru dari lisannya ditunggu pitutur tingkat tinggi berupa solusi.
Selain samar wujudnya, kadang samar pula pitutur dan piwulang Kiai Semar. Konon hanya manusia berakal atau mereka yang mau berpikir menggunakan akalnya lah yang akan mampu memahami, baik secara tersirat maupun tersurat setiap tuntunan yang disampaikan, baik melalui ucapan maupun tindakannya.
Di satu sisi, para mistikus Jawa menyebut Semar sebagai lambang gelap gulita, lambang misteri, lambang ketidaktahuan mutlak, yakni ketidaktahuan kita mengenai Tuhan. Namun di sisi lain, tokoh yang di kalangan para dalang juga dikenal dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya ini, dipercaya sebagai pemilik cahaya tuntunan khas seorang penuntun dan pemimpin, yang berkelayakan menjalankan tugas menuntun manusia dengan cahaya ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai kehendak Tuhan.
Di antara sekian banyak tuntunan yang diajarkan Kiai Semar, berikut ini 12 prinsip hidup yang setidaknya dapat kita kaji dan ambil manfaatnya bagi kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekaligus umat Islam di Indonesia.
Pertama: Eling lan bekti marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung maksud bahwa manusia yang sadar akan dirinya hendaknya selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya untuk hidup dan berkarya di alam yang indah ini.
Kedua: Percoyo lan bekti marang Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing-masing, karena sudah pasti bahwa semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah anjuran pada kebaikan.
Ketiga: Setyo marang Khalifatullah lan Penggede Negoro. 
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia yang tinggal di suatu wilayah, maka sudah selayaknya bahkan berkewajiban untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan oleh para pemimpinnya yang baik, benar dan bijaksana.
Keempat: Bekti marang Bhumi Nusantoro.
Prinsip ini menekankan agar setiap manusia yang tinggal dan hidup di bumi Nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlakukan bumi Nusantara ini dengan baik, sebab bumi inilah yang telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
Kelima: Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan setiap manusia bahwa dirinya tidak serta-merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantaraan Ibu dan Bapaknya. Maka hendaknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang telah memelihara dan membesarkan kita dengan kasih sayang dan pengorbanan tulusnya.
Keenam: Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita agar senantiasa sadar diri untuk menghormati saudara yang lebih tua dari sisi umur dan lebih mengerti daripada kita dari sisi ilmu, pengetahuan dan kemampuannya.
Ketujuh: Tresno marang kabeh Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita agar selalu menyayangi mereka yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kita kepada mereka, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
Kedelapan: Tresno marang Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial bahwa sejatinya semua manusia itu sama, meski berbeda warna kulit, bahasa, budaya dan agamanya. Maka sudah selayaknya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran bahwa mereka semua memiliki harkat dan martabat yang sama sebagaimana halnya kita juga.
Kesembilan: Tresno marang Sepepadaning Urip.
Prinsip ini menuntun kita agar tak hanya menghormati sesama manusia, melainkan juga semua makhluk ciptaan-Nya. Sebab semua makhluk yang diciptakan Allah adalah makhluk yang keberadaannya maujud karena kehendak Allah yang Kuasa. Maka dengan menghormati semua ciptaan Allah, sama artinya kita telah menghargai dan menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh: Hormat marang Kabeh Agomo.
Prinsip ini menekankan sikap toleransi, dalam artian hendaknya kita hormati semua agama atau aliran kepercayaan yang ada, dan otomatis termasuk juga para penganutnya.
Kesebelas: Percoyo marang Hukum Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita bahwa selain menurunkan kehidupan, Allah juga telah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum sebab-akibat. Maka disini berlaku kaidah alamiah bahwa barang siapa yang menanam maka dia pula yang akan menuai hasilnya. Siapa yang berbuat kebaikan, pasti akan berbuah kebaikan, sebaliknya bagi mereka yang berbuat jahat, sudah pasti akan tertimpa laknat. Inilah yang dalam kepercayaan manusia Jawa kadang disebut sebagai Hukum Karma.
Keduabelas: Percoyo marang Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan bahwa setiap manusia ini pada dasarnya rapuh dan hatinya berubah-ubah, maka hendaklah setiap diri kita menyadarinya agar dapat menempatkan diri di hadapan Allah dan selalu mendapat perlindungan dan rahmat-Nya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
***
Itulah 12 prinsip hidup yang diajarkan oleh Kiai Semar Badra Naya kepada manusia Jawa yang hidup di bumi Nusantara. Keduabelas prinsip hidup dan ajaran adiluhung yang kesemuanya dapat dirangkum ke dalam tiga konsep hubungan universal, yakni hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan seluruh alam semesta ciptaan-Nya.
Dengan lebih memahami 12 prinsip hidup sebagaimana telah diuraikan di atas, semoga kita semua, baik sebagai manusia Jawa, manusia Indonesia, maupun manusia beragama yang hidup di bumi Nusantara, pada akhirnya dapat saling menghormati satu sama lain, karena kita sadar bahwa begitulah hendaknya kita bersikap dalam hidup. Hidup secara baik dan benar, yang didasari penghormatan, kepatuhan dan ketaatan kita kepada Sang Pemberi Hidup.

Felix Siauw Tidak Terima Mendengar Ustad Somad Di Usir,Begini Katanya

Felix siauw tidak terima mendengar ustad somad di usir begini katanya

Peristiwa diusirnya Ustad Somad oleh sejumlah ormas di bali tempo hari,membuat Ustad Felix Siauw tidak terima.Pernyataan tidak terima terkait hal tersebut terlihat dalam postingan di Fans page ustad felix Siauw.Postingan yang di unggah pada hari sabtu tanggal 09 desember tersebut sampai saat ini sudah mendapat 97 ribu like dan tanggapan serta 26.500 share.Berikut ini pernyataan ustad felix siauw terkait pengusiran ustad somad saat mau mengadakan ceramah dibali.

Atas Nama NKRI dan Pancasila
Intoleransi yang selama ini dicari, ada pada mereka yang menolak Ustadz Abdul Somad di Bali. Mereka tak sendiri, tapi juga berbagi paham dengan kelompok lainnya
Alasan mereka UAS berafiliasi dengan HTI, rasis, anti-NKRI, anti-Bhinneka, sering menyebut kata kafir. Dan mereka ini selalu berlindung di belakang NKRI dan Pancasila
Tidak hanya itu, mereka menerima bersyarat, dengan syarat yang menjatuhkan wibawa UAS, mengharuskan mencium bendera, ikrar 4 pilar, dan lainnya yang tak masuk akal
Saya yakin UAS tak memasalahkan apapun yang mereka tuduh, bahkan UAS sudah ke pedalaman, menyebarkan Islam dan menjaga kecintaan pada Indonesia negeri tercinta
Sejak merdeka negeri ini, kebhinekaan terjaga sebab yang besar menjaga dan yang kecil tahu diri. Tak ada yang memaksa bahwa pahamnya harus diterima oleh orang lain
Tapi sejak rezim ini, logika-logika sesat dicipta, undang-undang dzalim diberlakukan, yang Islam diganggu, yang bukan Islam seolah pasti menjadi yang paling benar
Mereka mempersoalkan kata kafir, padahal kafir itu terminologi Al-Quran, tak mungkin dihapus diganti non-Muslim, mereka katakan Khilafah tak boleh didakwahkan
Lalu SIAPA ANDA boleh mengatur-atur Islam? Mana yang boleh dan mana yang tak boleh? Para ulama berdakwah karena perintah Allah, bukan perintah manusia
Andai penguasa masih punya hati, lihatlah kemana semua narasi ini digulirkan? Apakah penguasa saat ini memang ingin memecah belah Indonesia? Hentikan semua ini
Andai UAS sebagaimana yang mereka tuduhkan, berarti mereka pun menganggap jutaan ummat Muslim penggemar dakwah UAS sebagai radikal dan segala tuduhan yang lain
Inilah intoleransi sebenarnya, tak tahu Islam, tapi mau agar Islam mengikuti mereka, hanya karena mereka mayoritas di Bali. Mengapa bukan yang begini yang dibubarkan?
Perilaku semisal ini bukan hanya ada di Bali, narasi yang sama dikembangkan secara nasional, klaim aku Pancasila, aku NKRI, hajar yang tak sepaham, buat mereka hina
Perkara rusak negeri ini karena korupsi, jual aset, masukkan aseng asing, hancur persatuan, tak jadi soal. Yang penting Pancasila dan NKRI diatas semua, bahkan diatas agama
(di kutip dari fans page ustad Felix Siauw)
Baca Juga
Ini dia penampakan kaum bar bar zaman now
Ketika Betina HTI garang mempropaganda

Melihat pernyataan Ustad Felix Siauw tersebut ada salah satu netizen yang mengkritisi.Kemudian membalasnya dengan menulis di dinding facebooknya dengan nama akun FB (Pebry S M)

ATAS NAMA INI DAN ITU....
Atas nama Islam anda menthaghut dan mengkafirkan sistem negri ini.
Atas nama Syariah dan Khilafah anda hendak meruntuhkan tatanan negri yg telah susah payah dibangun oleh para pendiri republik ini termasuk didalamnya adalah para Ulama.
Atas nama perjuangan khilafah, anda menyalahkan mayoritas Ulama yg tidak memperjuangkan Khilafah.
Atas nama kalimat Tauhid dibenderamu, kau tuduh anti Tauhid terhadap orang yg tak menerima benderamu.
Sekarang anda malah memutar balikan fakta dan malah mencari cari kesalahan orang lain.
Wahai Felix DENGARKAN !!!!
Apakah salah jika kami menghalau penjahat yg hendak mengacau rumah tangga kami ?
Apakah salah sebagai anak bangsa kami berjuang sekuat tenaga demi kedamaian dan keutuhan NKRI dari pihak2 yg ingin merongrong dan menghancurkannya seperti anda ?
Dan apakah para Ulama dari NU, Muhammadiyyah dll yg sudah puluhan tahun malang melintang dakwah di negri ini dilarang, dimusihi, di intimidasi, di kriminalisasi, di fitnah ?
Kalau anda selama ini merasa diperlakukan kurang baik dalam berdakwah oleh Ummat, itu karena ada yg salah dalam dakwahmu itu, jangan anda malah menyalahkan ummat, tolong bercermin .
Sampai kapan anda mau terus membodohi ummat ini dg opini dan narasi yg anda bangun wahai FELIX ?
Saya doakan mudah2an Anda cepat sadar dan kembali ke jalan yg benar seperti jalan yg ditempuh mayoritas Ulama Indonesia dan bahkan dunia.

Bagaimana menurut pembaca,mengenai pernyataan Ustadz Felix Siauw.Silahkan tinggalkan tanggapan anda di kolom komentar.

Himbauan PGI Mengenai Rencana Natalan DI Lapangan Monas

himbauan PGI mengenai rencana natalan di lapangan monas

PENTING DIBACA!!!!!! Oleh Gereja gereja dan lembaga serta umat Kristen.
Ini copas tulisan Pdt. Gomar Gultom Sekum PGI.
Natalan di Lapangan Monas? Ah..... Langkah Gubernur DKI mengizinkan penggunaan Lapangan Monas untuk acara keagamaan, menurut saya adalah langkah mundur. 
Hal ini akan semakin memungkinkan ruang publik, yang seharusnya netral karena milik masyarakat umum, digunakan sebagai ajang mobilisasi umat dengan pendekatan sektarian. Padahal ada gedung-gedung dan lapangan yang disediakan/disewakan khusus untuk itu.


Olehnya saya mengimbau seluruh elemen dalam lingkungan PGI dan PGI Wilayah untuk secara kritis dan bijak menyikapi ajakan Pemerintah DKI menyelenggarakan Perayaan Natal 2017 di Monas. Apalagi, ternyata, nuansa politik sangat kental, karena *ada unsur organisasi sayap kristen dari sebuah partai politik di dalamnya*. Baiklah kita merayakan Natal dengan sederhana di tengah-tengah keluarga dan/atau Gereja.
Saya kuatir, Natalan di Monas ini akan merasionalisasikan langkah-langkah Alumni 212 selanjutnya, untuk menggunakan lapangan Monas menggoncang kepemimpinan Presiden, dengan berselubungkan kegiatan keagamaan.
Mengapa harus di lapangan Monas, yang merupakan jantung kota Jakarta dan persis di depan Istana Negara?
Akhirnya negara ini tak akan pernah tenang membangun!

Baca Juga: 
Gegeeer !!! Felix siau tidak terima mendengar ustad somad di usir..begini katanya

*Perlu di cermati juga apa yang dikatakan sekum PGI.
Kali ini saya sepakat dengan Sekum PGI. Apalagi ada narasi yang coba dibangun kalau Natal di Monas adalah Natal bersama umat Kristen. Jelas ini politik banget dan semakin jelas ketika siapa dibalik rencana acara Natal ini. Saran saya sih kalau buat Natal di Monas, silahkan saja, tapi jangan pakai nama Natal bersama umat Kristen, buatlah Natal bersama Partai Gerindra atau organisasi sayapnya. Maaf ini hanya menyampaikan keberatan saya sebagai Umat Kristiani, jangalah mempolitisasi agama Kristen demi kepentingan golongan. Jika mau Natalan silahkan, namun buat kalian yang #kristenwaras , tolong sebarkan, agar ada suasana kondusif di bangsa ini.. Salam Damai..

#NATAL DI MONAS HANYA UNTUK PENDUKUNG PARTAI POLITIK TERTENTU "GERINDRA" BUKAN NASIONAL.
#kristenwaras #indonesia #nkri #nkrihargamati🇮🇩🇮🇩💪💪🇮🇩🇮🇩 #pancasila#uud1945 #likeforfollow #like4like #likeforlike #likes @ Jakarta, Indonesia

Sumber: FB Corry Prasetyafull

Felix Siauw: Setiap Kesombongan Di muka Bumi Pasti Akan Berakhir

setiap kesombongan di muka bumi pasti akan berakhir
Ustaz Felix Siauw mengingatkan agar umat Islam tidak jatuh dalam kesombongan. Menurutnya setiap kesombongan di muka bumi pasti akan berakhir, entah berakhir taubat atau malah adzab.
"Setiap kesombongan di muka bumi ini pasti akan berakhir pada dua, apakah ujungnya adalah taubat, ataukah akhirnya adalah adzab, tapi pasti akan berakhir," kata Felix Siauw di akun Instagram pribadinya, Selasa (1/11).

Ia menambahkan berapa kali kita harus diingatkan, tentang Fir'aun yang congkak jumawa, merendahkan Musa dengan menganggap dirinya Tuhan tertinggi dan meremehkan manusia. Di akhir hayatnya pasir menyumpal mulutnya yang lupa bahwa ada kematian yang nyata. Bahwa di hadapan Allah, tak berarti apa yang dia kira sebagai kekuatan.

Sebaliknya, ia menambahkan, ketaatan itu selalu dibungkus dengan kesederhanaan, sebab iman itu sederhana, pengakuan kelemahan diri, kemudian menghamba pada Penciptanya. "Begitulah Muhammad SAW nan sederhana kata-katanya, juga cara hidupnya, namun memikat sesiapa yang berjumpa atau jauh darinya, sebab iman itu sederhana," jelasnya.

Ia melanjutkan, sebagai balasan atas keimanan, Allah berikan macam-macam nikmat, yang belum pernah dilihat mata, juga tak terbisik di telinga, bahkan tidak terbersit di dalam hati. Begitulah Allah memberikan pelajaran tentang wahyu dan nafsu.
"Siapa yang tunduk pada wahyu akan sederhana, sedang yang ikut nafsu akan angkuh dan tinggi hati," ujarnya.

Yang menolak kebenaran dari Allah, itulah dia yang sombong, angkuh dan jumawa, sebagai tambahannya, pastilah dia juga akan meremehkan pembawa kebenaran. "Kita hanya perlu bersabar dalam ketaatan, sederhana dalam keimanan, dan berteguh dalam perjuangan. Sebab balasan yang kita inginkan utamanya bukan di dunia," tegasnya.

"Terimakasih pak ustadz,setelah membaca ini saya semakin yakin bahwa benar adanya kalau Ustadz Felix Siauw adalah orang yang paling rendah hati di dunia ini.Jangan hiraukan serangan cebong,mereka mah gitu..Namanya juga cebong.Mana bisa mereka membedakan kesombongan dan kerendahan.Dan saya percaya "tidak ada yang lebih paham di Indonesia ini tentang turki usmani selain Ustadz Felix Siau" (Kata Mukidi sambil nyerahin selusin Micin ke Ustadz Felix Siau)

Merah Putih Versus Bendera Rasulullah

merah putih versus bendera rasalullah
Membaca Kembali Hadits Nabi dan Sejarah Islam
Oleh: Irwan Masduqi
Sebagai warga Indonesia yang menghormati merah putih barangkali kita agak terusik dengan keberadaan bendera ISIS dan HTI yang diklaim oleh para kader militan sebagai bendera Rasulullah saw. Bendera Rasulullah saw kini semakin marak digunakan oleh kelompok radikal dalam sejumlah aksi demonstrasi, seakan-akan bendera itulah yang Islami sedangkan merah putih tidak sesuai dengan hadits Nabi. Para ideolog HTI juga sering mengutip hadits-hadits tentang bendera Rasulullah dengan pemahaman yang tekstual. Pemahaman seperti ini perlu dikaji ulang dan diluruskan.
Dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa warna bendera Rasulullah saw masih diperdebatkan disebabkan perbedaan redaksi hadits dan riwayat yang beragam. Dalam haditsnya Jabir diterangkan bahwa bendera Rasul saat masuk Makkah berwarna putih (anna Rasulallah dakhala Makkata wa liwa`uhu abyadh). Dalam haditsnya al-Bara’ diterangkan warnanya hitam (anna rayata Rasulillah kanat sauda`). Abu Dawud meriwayatkan bendera Rasulullah berwarna kuning (raaytu rayata Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallama shafra`). Untuk menyikapi hadits yang saling bertentangan ini, para ulama menggunakan metode ushul fiqh “al-jam’u baynal adilah”, mensinkronkan dalil-dalil yang bertentangan. Kesimpulannya, bendera Rasulullah saw berganti-ganti sesuai kondisi dan situasi (takhtalifu bikhtilafil awqat) dan para perawi meriwayatkan secara berbeda-beda sesuai yang mereka lihat atau dengarkan.
Bendera ISIS dan HTI terdapat tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah dan mereka mengklaim bahwa bendera Rasulullah saw juga terdapat tulisan seperti itu. Pemahaman seperti ini didasarkan pada hadits Ibnu Abbas “Kana maktuban ‘ala rayatihi la ilaha illallah Muhammad Rasulullah”. Namun dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa sanad hadis tersebut adalah “wahin/dha’if jiddan” atau lemah sekali atau diduga hoax (muttaham bil kidzbi).
Ajaran Islam tidak menentukan warna bendera. Bendera Rasulullah saw bukanlah syiar agama, akan tetapi hanya kode untuk mengisyaratkan strategi perang (alwanu rayat fi tilkal fatrah lam takun tumatstsilu syiaran walakin rumuz). Bendera Rasulullah saw dikibarkan oleh tentara pilihan yang paling pemberani, yakni Hamzah, Ali bin Abi Thalib, dan Mush’ab bin ‘Umayr. Menurut Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka, tujuan dari bendera yang dikibarkan oleh pejuang adalah untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti tentara musuh (li tahwil wa takhwif). Jadi hal ini murni strategi perang yang bersifat kondisional dan profan, bukan doktrin agama yang sakral. Bendera bisa dirubah warna apa saja karena tujuannya hanya kode dan isyarat untuk membedakan mana kawan dan lawan saat kondisi perang.
Bendera warna hitam dan putih kemudian juga digunakan sebagai penanda bagi pasukan kaum Muslimin di era Khulafa al-Rasyidin. Namun seiring perkembangan zaman, bendera kaum Muslimin terus mengalami perubahan. Di era Dinasti Umawi, menurut salah satu riwayat, benderanya diganti dengan warna hijau menyesuaikan selera Bani Umayah yang lebih menyukai warna hijau. Namun menurut riwayat lainnya, warnanya adalah putih dengan tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Dalam kesempatan lain, ada pula bendera yang diberi tulisan nashrun minallah wa fathun qarib yang artinya pertolongan dari Allah dan penaklukan akan segera datang. Bendera ini di era belakangan dipakai juga oleh Dinasti Muwahidin di Andalusia Spanyol.
Berganti Khilafah berganti pula kebijakan terkait warna bendera. Pada era Khilafah Abasiyah, warna bendera diganti hitam. Menurut Ibnu Khaldun, alasannya adalah untuk mengekspresikan kesedihan atas gugurnya para syuhada’ dari Bani Hasyim. Pada era al-Ma’mun, benderanya diganti lagi warnanya menjadi hijau sebagai syiar negara keadilan. Namun al-Ma’mun pada era belakangan menggantinya lagi menjadi hitam karena warna hijau juga digunakan oleh kelompok Alawiyin. Bendera Alawiyin yang hijau ini kemudian diganti oleh kelompok Syiah menjadi putih sebagai bendera Khilafah Fathimiyyah Syiah di kawasan Maghrib pada tahun 297 H/909 M. Di sini kita melihat bahwa perbedaan kepentingan politik Sunni dan Syiah juga menjadi faktor perubahan warna bendera.
Perubahan warna bendera terus terjadi dalam sejarah umat Islam sesuai dengan pertimbangan filosofis, politis, ideologis, sektarianis, dan selera warna sang pemimpin negara. Putih menyimbolkan kesucian, hitam menyimbolkan keberanian dan ekspresi kesedihan atas gugurnya para syuhada, hijau menyimbolkan keadilan dan kemakmuran, dan seterusnya. Dari kajian hadits dan sejarah di atas, maka kita sebagai warga negara Indonesia selayaknya menghormati merah putih dan tidak sepatutnya mempertentangkan merah putih dengan bendera Rasulullah saw, sebab warna bendera hanyalah bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi, filosofi pendiri bangsa-bangsa, sejarah kebudayaan masing-masing kawasan, dan cita-cita masa depan bangsa.
Lebih dari itu, menurut Bung Karno, dalam pidatonya pada 24 September 1955, merah putih bukanlah buatan Republik Indonesia. Bukan pula buatan tokoh-tokoh di zaman pergerakan nasional. Bukan buatannya Bung Karno, bukan buatannya Bung Hatta. Enam ribu tahun sebelum Indonesia merdeka manusia yang hidup di tanah air Nusantara sudah memberi makna pada Merah Putih. Bangsa Indonesia sudah mengagungkan merah putih jauh sebelum agama-agama masuk, seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Kerajaan-kerajaan di Nusantara dari mulai Kediri, Singosari, Majapahit sampai Mataram menggunakan merah putih sebagai panji-panji. Bung Karno kemudian berwasiat, “Aku minta kepadamu sekalian, janganlah memperdebatkan Merah Putih ini. Jangan ada satu kelompok yang mengusulkan warna lain sebagai bendera Republik Indonesia”.
Akhir kalam, merah putih yang memiliki filosofi berani dan suci pun tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan keberanian dan kesucian (al-syaja’ah wa nadhafah). Maka penulis mengajak umat Islam di Indonesia agar melihat persoalan ini secara historis dan jangan terjebak pada sikap beragama yang simbolik dan tekstual (al-tadayyun al-syakli wal harfi) ala ISIS dan HTI. Beragama yang simbolik seperti ISIS dan HTI akan mengakibatkan kita terkungkung pada kulit sembari mengabaikan isi. Terjebak pada bentuk dan melupakan nilai filosofi. Memberhalakan teks dan menafikan konteks.
Kepada Sang Saka Merah Putih, hormaaaaat grak!
Yogya, 6 Desember 2017

Menjaga Iman Bukan Berarti Menolak Perbedaan

menjaga iman bukan berarti menolak perbedaan

Ada apa dengan negeriku ini,negeri yang mayoritas rakyatnya menyatakan bahwa Islam adalah agamanya.Tapi kelakuan sebagain orang tidak mencerminkan keislamannya.
Ada apa dengan negeriku ini,Iman seolah-olah di jadikan sebuah benda yang harus dibungkus rapi dimasukkan peti kemudian dikunci.
Ada apa dengan negeriku ini,perbedaan iman,perbedaan keyakinan,perbedaan pandangan,perbedaan agama dan segala perbedaan selalui di curigai sebagai kambing hitam perusak iman.

Kalau benar engkau ber Iman dan ber-Tuhan seharusnya perbedaan bisa menjadi penguat Imanmu,bukan malah melemahkan iman dan akal sehatmu.
Kalau benar engkau ber Islam sebagai mayoritas seharusnya bisa mengayomi yang minoritas,bisa menjaga kedamaian memberi rasa aman baik harta benda bahkan nyawanya.Bukankah itu yang diajarkan junjungan kita Kanjeng nabi Muhammad SAW, yang di ejawantahkan menjadi Islam Rahmatan Lil Alamin.

Jangan pernah mengatasnamakan dakwah jika engkau sendiri belum bisa mendakwahi jasad dan rohanimu.Jangan pernah mengatakan demi menjaga keimanan kalau engkau belum bisa mengimani dan meyakini kebesaran Tuhan dengan perbedaan yang Tuhan ciptakan.

Menjaga iman bukan berarti menolak perbedaan.Karena Tuhan sendiri menciptakan perbedaan, masak kita yang diciptakan-Nya malah mau menolak perbedaan.

Iman yang lemah itu cenderung sulit menerima perbedaan dan kenyataan sehingga orang tersebut mudah ngacengan,uring-uringan,mengkafir-kafirkan,membidah-bidahkan,menyalahkan keadaan,menyalahkan lingkungan bahkan kambing juga dibawa-bawanya sebagai kambing hitam.Padahal yang iya bawa itu kambing berbulu putih.

Orang yg imannya lemah itu seperti jomblo yg merasa paling romantis,paling sayang,paling mencintai pacarnya sehingga ia selalu mencurigai siapa saja takut ada yang mengambil pacarnya,Padahal ia jomblo ndak punya pacar.

Orang yang imannya kuat,ia cenderung tenang,bijaksana,menerima perbedaan sebagai rahmat Tuhan.Seperti jomblo sejati yang tetap berangkat memenuhi undangan mantan pacar di hari pernikahannya dengan memberi ucapan selamat dan buah tangan.Walaupun nanti baliknya mampir ke toko swalayan beli tisu dan udud gudang garam.Itu karena rasa kasih dan cintanya.
"Karena cinta itu suatu keadaan di dalam jiwa manusia,sedangkan mencintai adalah keputusan social"
(Kang Darco)

AGAMA ATAU KURMA

agama atau kurma
Manusia dan gorilla sama sama punya otak tetapi yg membedakan adalah disematkannya akal kepada manusia.Gorila tidak punya agama karena gorila tidak membutuhkan agama,sebab dikasih agama juga percuma..Lha wong gorila ndak punya akal kok.
Jadi bisa saya katakan bahwa agama itu sebenarnya diberikan justru kepada mereka yang berakal.Karena ketika agama berada di tangan orang yg berakal maka agama tersebut akan bermanfaat untuk semua umat.Tetapi ketika agama berada di tangan orang orang yg tidak berakal maka agama tersebut akan berubah menjadi bencana.Bisa-bisa yg membawa agama juga berubah menjadi gorila dan menular keseluruh penjuru dunia.Kebayangkan kalau seluruh dunia berubah menjadi gorila..apa lagi gorila yg suka berontak.
Jadi,sekarang kalau ada yg lebih senang memilih menjadi gorila atau terpesona dengan pemberontakannya mohon sementara ini agama yg sudah kalian bawa titipkan dulu kepada mereka yg berakal.Supaya tidak kalian salah gunakan.Karena saya lihat,kalian ini lebih membutuhkan kurma dari pada agama..Iya kan Gorila??? "Sana ambil kurmanya" 

Tidak Ada Tempat Untuk FPI Di Republik Ini,Segera Kandangin Rizieq Sihab

tidak ada tempat untuk fpi di republik ini,segera kandangin rizieq sihab


Ketua Pimpinan Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Bogor, Jawa Barat, tidak sepakat adanya klaim seseorang yang mengaku imam besar umat Islam Indonesia yang banyak dibicarakan menjurus kepada Habib Rizieq Shihab.
"Ada yang mengaku menjadi imam besar Indonesia, kami tidak sepakat, siapapun orangnya" ujar Ketua PCNU Bogor KH Romdon di Cibinong, Kamis (19/1).
Ia mengatakan seperti yang dihadiri awak media pada Rabu, (18/1) malam, sekitar 30 orang perwakilan ulama Bogor datang untuk menyatakan sikap menolak terkait klaim tersebut dan aksi kerusuhan sekelompok oknum santri di Ciampea pada Jumat (13/1) dini hari.
Karena juga sebagai umat Islam, kata Dia, ulama NU Bogor maupun NU pusat tidak pernah merasa menunjuk seorang imam besar Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, disepakati sembilan imbauan kepada masyarakat untuk menyikapi aksi radikal yang dilakukan kelompok yang mengaku ormas islam pada kerusuhan di Ciampea, Jumat (13/1) dini hari dan isu imam besar tersebut.
Ia menyampaikan, pertemuan yang berlangsung dari pukul 20.30 WIB - 22.30 WIB itu berjalan baik dengan pandangan yang sejalan dari setiap perwakilan terhadap sikap ulama yang terdapat dalam sembilan imbauan yang dikukuhkan Rabu (18/1) malam itu.
Pada imbauan urutan kelima tertulis mengimbau kepada umat Islam Kabupaten Bogor khususnya warga Nahdatul Ulama untuk senantiasa menghormati dan tawadu kepada ulama-ulama NU dan tidak larut dan ikut gerakan kelompok tertentu yang ingin memproklamirkan seseorang menjadi imam besar umat Islam Indonesia.
KH Romdon menegaskan agar umat Islam tidak mudah terpancing dalam gerakan untuk kepentingan suatu kelompok tertentu.
Ia berharap masyarakat bisa mendengarkan kejelasan dari para ulama sebelum bersikap atau mengikuti sebuah aksi juga tidak mudah terpancing oleh media sosial.
Di sisi lain, ia juga mengimbau agar santri maupun pengasuh pondok pesantren untuk lebih berhati-hati dan menghindari informasi yang negatif.
Ketua PCNU itu menganggap keterlibatan para santri yang kini menjadi tersangka sebanyak 12 orang dengan lima orang yang diberikan keringanan disversi karena berstatus di bawah umur oleh pihak kepolisian dan dilimpahkan ke balai pemasyarakatan (Bapas) merupakan efek globalisasi yang membuat wawasan negatif mudah masuk.
Oleh karena itu, Romdon mendukung langkah kepolisian dalam menegakkan hukum terhadap para tersangka tanpa pandang bulu.
"Kami mengimbau pihak kepolisian tidak takut dan tidak ragu untuk menindak tidak terkecuali umat Islam atau bukan," katanya. (Ant) Elshinta.com

Nafsu Yang Membelenggu

nafsu yang membelenggu

Saya juga tidak membenci AA serta ustadz-ustadz atau Ulama seperti AA.Tetapi agama membentuk dan mengajarkan supaya kita mengekang nafsu terlebih dahulu dibarengi menata akhlak dengan menggunakan akal sehat sebelum jauh melangkah mendalami ilmu2 Tuhan didalam kitab sucinya.

Tiga hal itu menurut saya adalah pondasi dasar manusia untuk belajar agama dan kehidupan.

Mengalahkan nafsu yang membelenggu diri memang tidak mudah,karena disitu setan berkumpul untuk melemahkan dan menghancurkan akal manusia.

Kalau kita ditanya apakah kamu beriman kepada Tuhan dan kitab sucinya??? Semua pasti jawab: Kami adalah orang2 yg beriman,tetapi sedikit dari mereka yg mengerti apa itu iman dan mewujudkannya dalam kehidupan.

Itu karena disebabkan pemahaman yg berbeda2 dari setiap manusia memahami kata iman itu sendiri.Dan untuk bisa memahami segala sesuatu langkah pertama adalah kendalikan/kekang lah nafsu yg membelenggu.

Seorang petani menanam padi apakah mereka tau nanti berbuah apa tidak??? 
Tetapi mereka beriman bahwa tugas yg memberi buah adalah Tuhan,sedang tugas petani adalah dengan tindakan menanam dan merawatnya.

AA dan ustadz atau ulama seperti AA ini meyakini janganlah memilih pemimpin non muslim tetapi hanya meyakini saja tanpa ada tindakan untuk membentuk sedari dini seorang pemimpin muslim yg berani melawan korupsi,adil dan amanah.Lalu ketika kami melihat ada pemimpin non muslim yg bertanggung jawab dan mampu mengemban tugasnya dengan baik,kalian selalu membawa bawa ayat Tuhan untuk pembelaan dan menghalang halangi kami untuk memilihnya.Ini seperti melarang seorang petani untuk menanam padi dan kalian hanya menganjurkan berdoa saja dan imani saja tanpa ada tindakan.

Jangankan pemimpin yg non muslim presiden kita yang sudah muslim juga kalian bawakan ayat2 untuk memenuhi syahwat2 kelompok dan golongan kalian.Lalu pemimpin muslim bagaimanakah yang kalian inginkan???

AA hanya meyakini saja,sedangkan kami meyakini dengan tindakan memilih dan mendukung pemimpin yg nyata bertanggungjawab,karena kalian tidak bisa nyata menghadirkan pilihan pemimpin muslim,tetapi hanya mengambarkannya saja.

Baca Juga
Ulama jangan jadi makelar umat
KH Anwar Zahid : Jauhi Islam Sumbu pendek
Beragama Tetapi Tidak Ber Tuhan
Itu Munafiq namanya

"Ulama Jangan Jadi 'Makelar' Umat"

ulama jangan jadi makelar umat

Bersyukurlah orang yang mengenal dan mengikuti 'sepak terjang' Cak Nun karena tak perlu membaca berjilid-jilid buku untuk memahami ilmu kehidupan. Cak Nun benar-benar membuka pori-pori kecerdasan umat dengan pemikirannya yang dahsyat dan revolusioner.
Sebutan budayawan, penyair, seniman, atau apalah, itu hanyalah bungkus, hakikat beliau lebih dari itu. Ilmu agama, pengetahuan umum dan makrifat Cak Nun begitu istimewa, nggak salah kalau banyak orang menyebutnya sebagai kyainya para kyai.
Ini adalah puzzle-puzzle pemikiran beliau tentang umat dan pemimpin agama (Islam) yang saya himpun dari berbagai sumber. Saya terinspirasi menuliskan ini setelah membaca berita-berita di dumay, ulama sedang naik daun. Tapi sori Jek, saya tidak sedang bicara politik.
***
Umat Islam sekarang sama sekali kurang berpendidikan dalam soal Islam. Tidak ada tradisi ijtihad, tidak mengerti harus taat pada siapa. Kalau ada orang berbuat sesuatu, nanyanya, "Kyai siapa yang ngomong?", "Kitabnya apa?", tapi tidak ditanya, "Qur'annya apa?" Semua perbuatan pun harus berdasarkan dalil. Itu saking tidak berpendidikannya. Dan memang tidak ada mekanisme berpikir, padahal Islam adalah agama yang aqliyah (cara berpikir). Dan itu yang membedakan manusia dengan wedus.
Kalau nggak dipikir atau tanpa akal, itu sama kayak kambing yang disodori buku tebal penuh ilmu pengetahuan. Kambingnya cuman ndlahom, nggak paham. Mau secanggih atau sedetail apa pun sistem nilai dalam Islam, tak ada gunanya kalau manusia menghadapinya tanpa menggunakan akal.
Banyak orang tidak pernah berpikir mendasar, tidak pernah mengerti pijakan hidup, nggak pernah memiliki akar-akar nilai. Jadi akhirnya menafsirkan sesuatu begitu tidak berakalnya, begitu gemblungnya.
Maka yang harus disebarkan adalah etos tadabbur: berpikir secara menyeluruh yang sampai pada akhir-akhir dari indikasi-indikasi kalimat dan tujuan-tujuannya yang jauh.
Bertadabbur tidak berarti antitafsir. Tafsir dibutuhkan pada saat sesuatu harus ditafsirkan. Yang pokok dalam Islam adalah tadabbur: kamu mencari manfaat dari pergaulanmu dengan nilai-nilai Islam terutama Al Qur'an. Parameternya (ukuran keberhasilan) adalah yang penting kamu menjadi lebih baik sebagai manusia.
Paham atau nggak paham itu bukan parameter. Benar atau tidak benar pemahamanmu itu juga bukan parameter. Parameternya adalah setelah kamu baca dan mencintai Al Quran kamu menjadi lebih dekat kepada Allah apa tidak, lebih beriman apa tidak, kamu lebih baik menjadi manusia apa tidak.
Kenapa perlu menggalakan taddabur? Karena umat Islam sekarang tergantung pada ahli tafsir. Kita semua dibuat merasa tidak paham Al Qur'an. Kita tidak pernah dimerdekakan untuk otentik bergaul dengan Allah dan Al Qur'an. Kita harus selalu pakai makelar: ulama, kyai, ustadz, dst. Mereka menjadi 'makelar' di antara kita dan Al Quran, di antara kita dan Allah.
"Saya bukan makelar! Yang saya omongkan tidak harus Anda anut. karena Anda berdaulat atas diri Anda sendiri, Anda bertanggung jawab atas diri Anda sendiri di hadapan Allah. Jadi setiap keputusan, langkah, pikiran, dan sikap Anda harus berasal dari Anda sendiri karena nanti tanggung jawabnya juga Anda sendiri," kata Cak Nun.
"Saya tidak bisa mempertanggungjawabkan kelakuan Anda. Saya bukan Nabi Muhammad. Kalau Muhammad harus ditaati, karena bisa menolong kita. Sedangkan saya tidak bisa menolong Anda," lanjutnya.
Ke Al-Qur'an jangan pakai makelar. Kalau pakai makelar itu sebagai wacana atau mendengarkan, tapi tetap pertimbangannya ada pada kita. Selama ini umat Islam dibikin tidak pernah merasa paham Al Qur'an, untuk itu harus tanya pada kyai, ulama, dst.
Padahal kebenaran (sejati) itu tidak ada, yang bisa dilakukan manusia itu sebisa mungkin menuju kebenaran. Kebenaran itu ada 3: benarnya diri sendiri, benarnya orang banyak dan kebenaran sejati. Dan yang bikin kita bentrok itu karena seseorang atau umat ngotot dengan benarnya sendiri.
Suara kokok ayam versi orang Madura itu "kukurunuk", orang Sunda "kongkorongkong", orang Jawa "kukuruyuk". Yang benar yang mana? semuanya salah. Yang benar adalah taruh ayamnya di tengah ketiga orang tadi dan sama-sama mendengar suara kokok ayamnya.
Jarak antara kokok ayam dengan kita menirukan suara kokoknya itu namanya tafsir. Tafsir itu melahirkan madzhab dan pengelompokan-pengelompokan. Itu karena pendengarannya berbeda terhadap suara kokok ayam tadi.
Kita harus saling menyadari bahwa yang benar itu ayam. Antara tafsir 'kukuruyuk', 'kukurunuk' dan 'kongkorongkong' harus saling menyadari kelemahan masing-masing sehingga tercipta toleransi. Kalau nganggap benarnya sendiri, egois atau egosentris dengan tafsirnya sendiri maka akan terjadi bentrok.
Maka sebenarnya tidak ada tafsir yang betul betul benar atau benar-benar betul, nek wong Jowo, bener bener pener. AndaBOLEHmenafsirkan menurut pikiranmu yang penting itu membuatmu menjadi lebih dekat, lebih cinta pada agama dan Tuhanmu. Dan tentu saja tidak menimbulkan kemudharatan umat.
Pandai-pandailah membedakan mana agama, mana terjemahan syariatnya, mana fiqihnya. Fiqih pun banyak versinya, fiqih A, fiqih B, dst. Tapi tetap default-nya adalah Al Qur'an. Sedangkan hadits itu diidentifikasi, dihimpun 300 tahun sesudah hidupnya Nabi Muhammad.
Jadi hadits itu berdasar katanya. Katanya ulama itu, perawi itu. Ada yang lulus, ada yang tidak. Jumlahnya dua juta dua ratus hadits, yang lulus di bawah seratus ribu. Itu pun belum tentu lulus. Kalau kira-kira tidak masuk akal, buang saja, hanya Al Qur'an yang dipakai.
Maka hadits pun harus diverifikasi. Apalagi jaman dulu tak ada alat perekam. Jadi kalimatnya tidak sama persis dengan yang tercantum di kitab hadits. Hanya Al Qur-an yang kalimatnya sama persis dengan apa yang difirmankan oleh Allah dan tak bakalan bisa diubah.
"Saya sering bilang, jangan percaya sama saya, saya cuman mengantarkan sejumlah bahan dan cara berpikir supaya kamu mengolahnya. Nanti kamu akan menemukan apa yang kamu percaya secara otentik dari pikiran dan hatimu sendiri. Jangan percayanya kepada saya, " kata Cak Nun.
"Penjelasan saya itu khan menurut saya. Anda jugaBOLEHmenurut Anda, asal baik. Anda selalu berpikir bahwa jawaban saya itu kebenaran. Itu salah. Sama-sama belum tentu benar. Yang membuat kita sampai ke Allah adalah kita beritikad baik di dalam yang belum tentu benar itu. Tidak apa-apa nggak benar-benar banget. Presisinya nggak harus pas banget, hadap kiblat 24.5 derajat, akhirnya ke mana-mana bawa garisan," imbuh beliau.
Jadi antara kita dengan Tuhan jangan ada siapa-siapa. Kita sama Tuhan itu langsung. Bahwa kita mendengarkan kyai, ulama, ustadz itu wacana, tapi mereka tidak mewakili kita. Dan mereka tidak bisa menyelamatkan kita.
Apakah kyai bisa menyelamatkan kamu? Apakah ulama bisa menyelamatkanmu? Tidak bisa. Begitu juga dengan pemuka agama yang lain, tidak bisa menyelamatkan kita. Hanya kamu yang bisa menyelamatkan kamu sendiri di hadapan Allah. Maka kalau kamu beribadah pada Allah jangan ada siapa-siapa.
"Saya tidak mau ada di antara Anda dengan Tuhan," kata Cak Nun.
Susahnya pimpinan-pimpinan agama suka bertempat di situ. Menjadi 'gerhana' di antara Tuhan dengan umatnya. Karena di situ ada jabatan, kepemimpinan, akses eksistensi dan ekonomi.
"Saya bicara begini supaya Anda percaya sama Allah, bukan percaya sama saya. Makanya saya jangan jadikan panutan. Yang bisa kau ambil dari saya adalah sebagian yang relevan untukmu, sebagian kecenderungan saya yang pas untuk kamu. Dan itu sebenarnya kamu tidak meniru saya, tapi pihak yang sebelum saya: Nabi atau Tuhan sendiri, bukan saya. Saya cuma akselerator dari nilai dan kecenderungan itu," tegasnya lagi.
Kesimpulannya, kebenaran itu tidak pada siapa pun. Kecuali pada keputusan terakhirmu masing-masing. Karena itu nanti yang dihisab oleh Allah. KamuBOLEH mendengar apa pun, boleh menafsirkan kayak apa pun, boleh melakukan apa pun setelah itu. Tapi sebenarnya yang dinilai adalah bahwa itu menjadi keputusanmu.
Jangan pernah punya keputusan yang tidak otentik pada dirimu. Artinya kalau shalatmu itu ya shalat kamu dan Allah, itu otentik. Bukan kamu plus Cak Nun, plus Kyai, plus Ustadz, plus Ulama dan Allah.
Wis ah..
(@) Robbi Gandamana, 15 Oktober 2016

Interested for our works and services?
Get more of our update !