Kok bisa ya,orang orangan seperti ini lolos masuk dalam organisasi sekelas MUI,sebagai wasekjen pula.Dimana MUI adalah wadahnya para ulama Indonesia yg notabene ulama itu sendiri mencerminkan wajah agama Islam.Lha kalau Ulamanya saja seperti ini mosok saya harus ikuti dan amini.
Tak perlu memastikan agamanya apa,bahkan orang yg tidak beragamapun tentu hatinya akan mempertanyakan apabila mendengar kalimat pemusnahan.Karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk melakukan perbaikan bukan penghancuran.Lalu kalau ada orang yg dikit2 teriak hancurkan,saya rasa orang ini diciptakan Tuhan bukan dari tanah,tetapi hasil dari daur ulang barang rongsokan yg sebelumnya dihancurkan.Atau mungkin dari puing2 tembok yg habis dirobohkan dan dihancurkan.
Andai saja ,pengikut mereka bisa berfikir jernih dan mau menggunakan akalnya,saya yakin manusia2 kardus seperti ini perlahan lahan akan hilang dari peredaran bumi nusantara.
Saya berdoa untuk pengikut pengikutnya bukan untuk pemimpinnya.Karena pemimpinya sudah tidak mempan untuk didoakan, Istilah baratnya "setan ora doyan demit ora ndulit".. Wis alot wis atos koyo watu wis ora wujud manungso yo ora wujud kewan..
"semoga pengikut2 nya diberikan hikmat untuk bisa mencerna segala apa yg diucapkan oleh junjungan junjungan yg seperti ini ,agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yg buruk".
Kalau pingikut2nya sudah bisa mencerna dengan baik saya kembali yakin agama Islam yg rahmatan lil alamin akan tercipta di kehidupan nyata bukan dikehidupan yg terapung seperti rencana anak mama dan papa.Kesucian dan kebersihan agama Islam saat ini masih dikotori orang2 seperti ini yg bagaikan nodanya anak kecil yg belepotan ketika makan Fitsa hats.
Oleh karena itu mari kita ajarkan cara yg baik dan benar menikmati Fitsa hats dan apa saja kepada anak2 kita agar tidak belepotan ketika dijadikan saksi dipersidangan.
"Bang ini namanya jaka sembung naik ojek,tidak nyambung jek".
Terserah gue dong,mau nulis apa, mereka saja bebas menyambung nyambungkan masak saya ndak boleh bebas menyuarakan.
lagian ini bukan jaka sembung naik ojek ,tapi..."jaka sembung naik gojek,Sambung sambungin aja jek".
Tadi pagi Tengku Zulkarnaen, WaSekJen MUI ditolak kehadirannya oleh Forum Pemuda Dayak di Kalimantan Barat. Sebenarnya Warga Menolak Islam atau FPI?
Bagi ukhti2 dan akhi2 pengikut FPI mohon luangkan waktu ente sejenak untuk sebentar saja melepas hijab dan surban yg menutupi dan menjerat ketat akal ente ente sekalian.Coba ente2 tengok kembali dan perhatikan hijab dan surban tersebut.
Perhatikan secara seksama sambil minum equil lebih dianjurkan supaya ente2 bisa menemukan apa yg ada dalam aksesoris agama tersebut.
"sudah,cukup jangan diplototin terus.."
ente2 tidak akan menemukan apa apa dari aksesoris agama tersebut,karena disitu tidak ada apa2 dan tidak ada yg salah dengan aksesoris agamanya.
Sekarang kepala kita sama2 polos.Tidak ada lagi sekat yg mengikat.Tidak ada lagi bungkus yg memodus.Kepala yg selalu kita jaga kehormatannya supaya tidak di injak2 oleh siapapun itu sekarang polos dan memberi kesempatan kepada oksigin untuk membelai akal kita supaya fresh dan segar.Dimana yg selama ini akal ente dibekap erat dan diikat kuat2 oleh yg namanya hijab dan surban karena ente ente lebih memilih busana dan aksesoris agamanya ketimbang isi ajaran agamanya.
Ok sekarang silahkan tonton video ini.Setelah itu ente2 bebas untuk mengolahnya, mau tetap mengikuti Islamnya FPI atau mengikuti kanjeng nabi Muhammad SAW dengan islamnya yg rahmatan lil alamin.Terserah mana ente suka.
Lho lho lho eeiit tunggu dulu, ukhti dan akhi kenapa itu hijab dan surban ente pada dikunyah kunyah
"Iya bang ane setelah nonton videoh ini jadi nyesel,ternyata selama ini ane dibohongi FPI dan ormas2 radikal"
Alhamdulillah kalau ente2 sudah pada sadar,semoga hidup ente2 diberi keberkahan.
"Lho ukhti,akhi mau kemana kok buru2"???
"Ane mau borong sari roti bang,udah kangen menahan nafsu untuk menyantapnya gara2 fatwa sialan itu"
Lihat video Penolakan Tengku Zulkarnain Wasekjen MUI
BACA JUGA
ustadz kok begitu
ustadz kami kurang ngopi

Tidak ada komentar:
Write komentar