Kalau seseorang sudah merasa baik kpd Tuhan tapi lantas diberi ‘cobaan’, tentu yg terjadi adalah satu di antara tiga kemungkinan.
Pertama, itu teguran. Alhamdulillah dong kalau Tuhan berkenan mengkritik kita. Itu artinya kita punya peluang untuk menjadi lebih baik.
Kedua, itu ujian. Juga alhamdulillah, krn hanya orang yg disediakan kenaikan pangkat saja yg boleh ikut ujian.
Ketiga, itu hukuman. Ini lebih alhamdulillah lagi, karena manusia selalu membutuhkan pembersihan diri, memerlukan proses pensucian dan kelahiran kembali.
“Manusia diciptakan dlm keadaan se-baik2nya makhluk (ahsanu taqwim). Terlahir sebagai manusia fitri (bersih-suci), dan Tuhan menghendaki manusia kembali ke titik asal juga dlm keadaan fitri”.
Tuhan menginformasikan dlm sebuah hadis Qudsi: “Wahai hamba-Ku sayang! Demi keagungan & kemuliaan-Ku, sesungguhnya Aku menginginkan kebaikan bagi setiap yg Aku sayangi. Tidak akan Aku matikan ia sebelum Aku mengampuni dosa2nya dg penyakit, kesusahan, kerugian, atau kehilangan anggota keluarga. Dan jika masih ada dosanya yg tersisa, Aku akan beratkan sakratul mautnya. Hal ini Aku lakukan agar ia menjumpai-Ku dlm keadaan suci seperti bayi”. (Jami’us Sa’adat)
Diberikannya cobaan pd diri seseorang itu hakekatnya adalah proses pensucian atau pembersihan diri dari segala dosa agar manusia kembali pd fitrahnya yg suci. Cobaan itu adalah sebuah kebaikan dr Sang Maha Kasih kpd hamba yg dikasihi-Nya.
Begitulah ‘Cara Tuhan menyayangi hambaNya’, yg tdk bisa diperbandingkan dg cara manusia menyayangi sesamanya. “Barangsiapa yg dikehendaki Allah dg kebaikan maka ditimpakan cobaan padanya.” (HR. Bukhari).
Perhatikan kalimatNya; “Sesungguhnya Aku menginginkan kebaikan bagi setiap yg Aku sayangi…”. Jelas, bahwa Tuhan menginginkan kita masuk ke dlm surga-Nya. Surga itu nilai, surga itu kualitas, surga itu kebaikan, surga itu suci, sehingga surga yg suci hanya utk mereka2 yg telah disucikan.
Itulah sebabnya mengapa Tuhan memperkenalkan konsep bersabar, bersyukur & berprasangka baik. Tujuannya tdk lain adalah agar kita selalu bisa ‘menemukan kebaikan’ pd setiap peristiwa apapun yg menimpa diri kita. Bila engkau kehilangan kesabaran, rasa syukur & prasangka baik, tanggunglah sendiri resiko & akibatnya….”Kalau nggak sakit fisik, ya sakit pikiran. Kalau nggak sakit pikiran ya sakit hati. Kalau nggak ya sakit nasibmu.”
“Kebaikan itu bukan berkah di dunia”. Kelirunya, kita terlanjur membayangkan bahwa berkah sebagai sukses di dunia. Maka dari setiap ibadah yg kita lakukan, kita ingin mendapat balasan dr Allah dlm bentuk di dunia ini kita sukses & menang, karena kita melihat hidup dlm jangkauan yg sangat sebentar ini saja.”
Sahabatku sayang, cobaan itu sejatinya adalah kenikmatan. Dan bila kita mampu melewatinya dg bersabar, bersyukur, dan berprasangka baik maka kita akan menjadi orang yg sukses & menang. Tentunya ini hanya berlaku bagi mereka yg memahami & percaya bahwa ada kehidupan lain setelah di dunia, maka cobaan akan memiliki makna yg lain: “Cobaan yg kita alami itu tdk lebih hanyalah kendaraan utk menuju Allah.
Jika seperti itu cara Tuhan menyayangi, apakah yg tdk terkena cobaan atau apakah semua kenyamanan yg kita terima sekarang ini bisa berarti Tuhan tdk sayang kpd kita? (Silahkan temen-temen yg mau sharing - berbagi ilmu).

Tidak ada komentar:
Write komentar