Artikel Pilihan

Cari Blog Ini

Sesat Fikir "Pemimpin Muslim Dzolim Dan Pemimpin Kafir Adil"

sesat fikir pemimpin muslim dzolim dan pemimpin kafir adil

Saat ini kita sering mendengar kalimat "lebih baik memilih pemimpin kafir yang adil dari pada pemimpin muslim yang dzolim".Saya mencoba merenungi dan memahami kalimat tersebut untuk mencari kebenarannya.Dari usaha saya mencari diberbagai sumber sampai saat ini saya belum menemukan kebenarannya,yang saya dapatkan hanya kesalahannya (sesat fikir kita dengan kalimat tersebut).

Mari kita sama-sama memahami kembali mengenai kalimat "pemimpin muslim dzolim" Atau "pemimpin kafir adil".Ini tidak ada hubungannya dengan Ahok atau siapa.Kita cuma ngomong Apa bukan ngomong siapa.Dan saya menemukan bahwa kedua kalimat diatas tersebut bukanlah pemimpin.

Yang pertama : Muslim dzolim.
"Muslim yang dzolim" tidak memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin.Jadi ndak ada "Pemimpin muslim dzolim".Kemudian ada dzolim kok disebut muslim.Masak ada muslim tapi dzolim,kalau dzolim itu bukan muslim.Gula kok pahit ya ndak ada dong.
Semuanya itu bertentangan dengan satu sama lain.Dan itu adalah kesalahan substansi berfikirnya.

Yang kedua ; Kafir adil.
"Kafir yang adil" juga tidak memenuhi kriteria untuk menjadi pemimpin.
Lho kalau kafir kok adil.Kafir itu ndak adil,Kekufuran itu puncak ketidak adilan.
Mungkin ada konteks vertikalnya,kepada Allah saja dia ndak adil kok,Allah ada kok dibilang ndak ada,Allah A kok dibilang B,Itukan kufur namanya,mengingkari hakekat haknya Tuhan.Apalagi kafir yang adil dalam konteks Horizontal,ndak ada itu.Jadi tidak bisa kata ini dipadukan "kafir yang adil" atau "Kentut yang wangi" ya ndak ada.Jadi ini kesalahan berfikirnya.

Kemudian untuk melengkapi olah fikir kita.Yang mengatakan Gubernur pemimpin itu siapa???
Gubernur itu bukan pemimpin,gubernur itu petugas.Dia itu orang yang dibayar,diperintah.
Gubernur Itu petugas,pembantu rumah tangga dalam skala provinsi.Pemimpin kok dibayar,kalau dibayar itu petugas.Jokowi itu TKI 1 (Tenaga kerja Indonesia 1), Yusuf kalla TKI 2 dan seterusnya.Bahwa beliau adalah Presiden dan wakil presiden itu adalah gelar.Pada hakekatnya beliau adalah petugas,orang yang dibayar.
Mohon maaf,ini bukan ngurusi orang dan profesinya tetapi ini mengurusi cara berfikir kita yang salah memahami kalimat "pemimpin muslim dzolim atau pemimpin kafir adil".

Ini semua kasus dinamis (bergerak) tidak bisa dihadapi dengan ukuran statis (diam).kita selama ini diajari oleh sekolahan berfikir statis,dan politik hukum itu semakin mempersempit posisi statisnya cara berfikir kita.Contoh mengenai Teroris,Tidak ada namanya teroris,yang ada orang yang melakukan kriminalitas.Bahwa kriminalitas itu berkonteks yang disebut terorisme bertentangan dengan ideologi itu urusan kedua.Yang nomer satu dia ngebom,membunuh orang,kan begitu.Itu sebenernya perbuatan kriminal cuma dia punya embel-embel bertentangan dengan ideologi.Jadi tidak ada teroris,koruptor,maling copet dan lain-lainnya bisa dibunuh atau bisa dihukum,tidak bisa.
Karena hukum itu tidak mengadili manusia tetapi mengadili perbuatannya.Bahwa manusianya terbawa,karena yang berbuat dia tetapi hakekat pengadilannya terhadap perbuatannya.

Sama dengan muslim dan kafir,itu bukan identitasnya tetapi perbuatannya.Jadi seorang yang sekarang disebut muslim bisa kafir kapan saja.Kita tidak bersyukur kepada Tuhan,bisa kufur.Saatnya bersyukur tidak bersyukur.Jadi itu dinamis.Ndak bisa kok kemudian "pemimpin muslim yang dzolim atau pemimpin kafir yang adil"itu kan jadi statis benda padat.

"jangan lihat sungainya tetapi lihatlah pergerakan aliran airnya".

Baca Juga :
Aksi Bersihkan Islam
Apakah Anda Muslim
Nafsu Yang Membelenggu

Tidak ada komentar:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !